Rabu, 07 Maret 2012

Ada "Pengkhianatan", Sejumlah Hacker Ditahan


Sejumlah orang yang diduga sebagai aktivis peretas (hacker) ditahan. Penahanan secara terpisah di Amerika Serikat, Inggris, dan Republik Irlandia ini dilakukan dengan tuduhan perbuatan kriminal yang menyebabkan "lebih dari satu juta orang menjadi korban".

Penahanan ini sendiri merupakan pengembangan dari penahanan yang dilakukan terhadap 'pemimpin' Lulzsec, Hector Xavier Monsegur. Peretas yang dikenal dengan sebutan Sabu ini telah dinyatakan bersalah dengan tuduhan 12 perbuatan kriminal, pada Agustus tahun lalu.

Mengutip Reuters, Sabu yang ditahan sejak Juni 2012 kemudian direkrut menjadi informan FBI secara rahasia. Atas bantuan Sabu inilah FBI menahan lima peretas. Tapi, Reuters menyebut peretas yang ditahan berasal dari kelompok Anonymous.

Anonymous dan LulzSec memang merupakan aktivis peretas atau hacktivist yang selama ini melakukan aksinya dengan menyerang sejumlah situs milik lembaga pemerintah dan korporasi di seluruh dunia. Karena ini organisasi tanpa bentuk, jadi memang sulit untuk mengidentifikasi dan membedakan antara Anonymous dengan LulzSec.

BBC menyebut para peretas yang ditahan adalah Jack Davis (19 tahun) dari Lerwick, Shetland Islands, Ryan Ackroyd (25 tahun) dari Doncester, Darren Martyn (25 tahun) dari Galway. Ketiganya dari Inggris.

Sedangkan peretas yang ditahan di Irlandia adalah Donncha O'Cearrbhail (19 tahun) dari Birr. BBC juga menyebut Scotland Yard menahan remaja 17 tahun yang belum diketahui namanya, di London selatan, terkait konspirasi peretasan.

Sedangkan Reuters menambahkan satu orang yang ditahan di Chicago, AS, adalah Jerremy Hammond, yang dikenal dengan nama "Anarchaos". Hammond ditahan atas tuduhan melakukan peretasan terhadap Strategic Forecesting atau Stratfor, sebuah lembaga riset dan intelijen global.

Ketidakpercayaan

Penahanan ini diduga menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan peretas. Sebab selama ini Sabu dikenal sebagai tokoh yang disegani di dunia maya oleh para peretas.

"Sabu merupakan seorang pemimpin. Sekarang Anonymous sadar bahwa dia pengkhianat dan bekerja untuk Fed (FBI). Mereka pasti berpikir, 'jika kita tidak bisa percaya Sabu, siapa yang bisa dipercaya?'," kata Mikko Hypponen, Kepala Riset di Perusahaan Sekuritas Komputer asal Finlandia F-Secure, kepada Reuters.

"Ini mungkin bukan akhir Anonymous. Tapi butuh waktu bagi mereka untuk pulih, terutama dari paranoia," ujar Hypponen.

Di akun Twitter yang selama ini dipercaya dikelola Anonymous, Sabu pun telah dianggap sebagai pengkhianat. "Kami tak punya pemimpin," ujar akun @YourAnonNews.
Sumber Artikel : Klik disini
Artikel ini diolah dari : Google

Google Tuduh China Ganggu Gmail


Google tidak diterima di China. Ini cerita lama. Jika Anda ingat, tahun 2010, Google perlahan-lahan menarik diri dari Negeri Tirai Bambu itu pasca menjadi sasaran empuk para hacker.

Ironisnya, seperti belum merasa puas, raksasa Internet asal California itu menuding pemerintah setempat mengganggu layanan e-mail Gmail sehingga tidak bisa diakses di China.

Menurut Google, tudingan itu tidak dibuat-buat. Pasalnya, kantor raksasa Internet itu terus dibanjiri keluhan para pengguna Gmail dari China dalam beberapa minggu terakhir dan mengatakan akses e-mail mereka diganggu oleh pemerintah.

Menurut keterangan Google, yang dikutip BBC, Senin 21 Maret 2011, Google sempat memeriksa infrastruktur dan jaringannya di sepanjang daratan China. Alhasil, tidak menemukan kendala teknis yang berarti.

Sontak saja Google berang dan langsung menyalahkan pemerintah China. Mereka langsung dituduh sengaja membuat isu teknis seolah-olah masalah berada pada Gmail.

Para pengguna Gmail mengatakan gangguan dimulai sejak ramainya kampanye di Internet yang menyerukan protes terhadap pemerintah di Timur Tengah pasca lengsernya Hosni Mubarak dari kursi presiden Mesir.

Tahun 2010, Google juga merasa dizalimi di China. Ketika itu sejumlah peretas mengakses akun milik para aktivis hak asasi manusia China di laman surat elektronik Gmail. Tak hanya itu, serangan cyber juga terjadi pada laman milik 20 perusahaan besar di sektor keuangan, teknologi, media, dan kimia.

Insiden ini menimbulkan ketegangan antara China dan Amerika Serikat, dan mendesak Google untuk hengkang dari Negeri Panda itu. Anehnya, Beijing tetap membantah adanya keterlibatan pemerintah dalam serangan cyber itu, dan mengatakan tuduhan Google tidak berdasar.

Sumber Artikel : Klik disini
Artikel ini diolah dari : Google

Hacker China Incar Perusahaan Kimia AS


Sedikitnya 48 perusahaan kimia dan pertahanan di Amerika Serikat dan Inggris diserang oleh hacker yang diduga berasal dari China. Dia menanamkan software perusak untuk mencuri data-data penting.

Menurut laporan perusahaan antivirus Symantec, dilansir dari Reuters, Senin 31 Oktober 2011, software perusak itu dikenal dengan nama "PoisonIvy". Jika sudah masuk ke dalam jaringan, software dapat langsung menyedot informasi rahasia seperti dokumen, formula dan rincian proses produksi lainnya.

Tidak disebutkan perusahaan apa yang telah disusupi hacker. Namun Symantec mengatakan di antara perusahaan tersebut termasuk dalam 100 perusahaan terbesar di AS dan Inggris. Sebanyak 29 di antara perusahaan tersebut memproduksi bahan kimia untuk keperluan kendaraan militer.

"Tujuan serangan sepertinya bertujuan untuk memata-matai, mengumpulkan hasil kekayaan intelektual demi kepentingan kompetisi," tulis laporan Symantec.

Symantec melakukan sebuah kampanye yang dinamakannya "Serangan Nitro" untuk melacak sumber hacker. Berdasarkan penyelidikan sejak Juli sampai pertengahan September tahun ini, Symantec berhasil melacak sumber serangan.

Diduga, seorang berusia 20an dari provinsi Hebei di utara China merupakan dalam pembobolan puluhan perusahaan tersebut. Para ahli di Symantec, menyebut pelaku sebagai si "Rahasia Kebun", diambil dari terjemahan harfiah nama pelaku. Namun, hasil penyelidikan tidak menunjukkan apakah dia bekerja sendiri atau berkelompok.

"Kami tidak bisa menentukan apakah si Rahasia Kebun penyerang solo atau memiliki peran langsung atau tidak langsung. Kami juga belum bisa menentukan apakah serangan yang dia lakukan atas perintah pihak atau beberapa pihak lainnya," tulis laporan Symantec.
Sumber Artikel : Klik disini
Artikel ini diolah dari : Google

Diganggu Hacker, Google Pergi dari China


Pengelola laman terpopuler pencari informasi, Google, berencana menutup semua operasinya di China. Google mengaku sudah tak tahan dengan serangan para peretas (hacker) yang mengganggu sistem komputernya di Negeri Panda itu.

Sebagai dampaknya, Goggle tidak akan lagi bekerjasama dengan pemerintah China untuk menyensor semua data dan informasi laman untuk pengguna internet di sana.

David Drummond, Kepala Eksekutif Pengembangan Korporat dan Urusan Hukum Google, dalam blog pribadi mengungkapkan bahwa pihaknya telah menemukan "serangan yang sangat canggih atas infrastuktur kami yang berasal dari China."

"Serangan-serangan ini...membuat kami memutuskan untuk meninjau kelayakan operasi bisnis kami di China," tulis Drummond dalam blog yang dikutip harian New York Times, Selasa malam 12 Januari 2010 waktu setempat. Drummond tidak menyebut apakah Google sudah mengidentifikasi pihak-pihak yang melakukan serangan cyber ke jaringan komputer mereka.

Menurut Google, tujuan utama para peretas adalah mengakses akun milik para aktivis hak asasi manusia China di laman surat elektronik Gmail. Tak hanya itu, serangan cyber juga terjadi pada laman milik 20 perusahaan besar di sektor keuangan, teknologi, media, dan kimia.

Dengan tutupnya kegiatan Google di China, Drummond menyatakan bahwa perusahaannya tidak lagi menyensor data laman pencari informasi Google berbahasa Mandarin. Google lalu akan bertemu dengan pihak berwenang di China apakah bisa mengoperasikan laman pencari yang tak disensor di China.

"Kami sadar bahwa kebijakan ini akan menutup laman Google.cn dan berpotensi menutup kantor-kantor kami di China," lanjut Drummond. Dia menegaskan bahwa keputusan ini berdasarkan arahan dari para eksekutif Google di Amerika Serikat dan "tanpa sepengetahuan atau keterlibatan para staf di China."

Google pertama kali beroperasi di China pada 2006 setelah sepakat dengan persyaratan dari pemerintah bahwa mereka harus menyensor semua data dan informasi laman yang masuk di situs khusus untuk pengguna internet di China.

Saa itu Google yakin bahwa operasi mereka di China bisa meredam upaya sensor yang lebih besar dari pemerintah atas laman mereka sekaligus bertujuan menyediakan informasi yang lebih banyak dan terbuka bagi warga China.

Kendati berecana keluar dari China, Google menyatakan tetap memantau pembatasan-pembatasan di negeri itu dan selalu mengkaji keputusan mereka secara berkala.

Sumber Artikel : Klik disini
Artikel ini diolah dari : Google
 
Fileat Music | Fileat TV Online